Jumat, 24 Juli 2015

Golden Tiket!

Halo everybody!

Minal aidzin wal faidzin..

Obrolan singkat tentang orang tua dan anak. Hubungan yang abstrak tapi pasti ada. Sering dimarahin orangtua kadang membuat kita merasa itu hal yang biasa dan bersikap tidak peduli dengan keadaan tersebut. Ya masuk kuping kanan keluar kuping kiri.

Golden ticket itu adalah ridho orangtua. Ridho Allah adalah ridho orangtua.. pernah denger enggak?

Kalo dulu biasa aja dimarahin, sekarang enggak boleh bikin kesel sedikit pun. Pokoknya enggak boleh bikin orangtua cemberut sedikitpun. Kalau perlu harus bahagia selalu 24 jam. Haha lebay yah. Tapi itu bener lho, dosa banget ternyata buat orangtua kesel. Apalagi kalau orangtua cemburu perhatian dengan pasangan kita (catatan juga buat saya soalnya saya belum berpasangan. Haha). Karena pernah ada cerita seorang ahli ibadah yang gagal masuk surga dalam perjalan sakaratul maut gara-gara melukai sedikit hati orangtuanya. Sayangnya saya lupa nama sahabat rasulullah tersebut. Mungkin ada yang bisa bantu? Saya dengar ini ketika ceramah saat terawih beberapa hari lalu.

Saya sering lihat di media sosial banyak quotes tentang membahagiakan orangtua. Menurut saya cara membahagiakan orangtua yang paling mudah mengajak berbincang dan jangan membuat kecewa sedikitpun. Semakin dewasa kita akan asyik dengan dunia kita sendiri. Peduli dengan diri kita sendiri dan tanpa menyadari pentingnya komunikasi di rumah. Pagi berangkat kuliah atau kerja, siang main atau kerja dan ketika pulang malah berorganisasi atau bahkan sampai rumah pergi tidur. Pernah enggak kita menyempatkan diri kita untuk sekedar cerita atau curhat kegiatan sehari-hari dengan ayah atau ibu kita? Mungkin ada juga yang kadang melakukannya tapi kebanyakn sepertinya tidak. Kebanyakan kita mengganggap curhat dengan teman seumur akan lebih enak didengar. Dan kejadian ini berlarut sehingga akan menimbukan pola pikir yang berubah. Menganggap orangtua berpikiran kolot atau jadul. Bahkan banyak anak yang kadang marah balik ke orangtuanya dengan nada yang lebih tinggi.

Padahal orangtua yang kolot atau jadul itu karena akibat kita sendiri sebagai anak. Kita tidak memperkenalkan dunia sudah berubah kepada orangtua kita. Toh sebenarnya orangtua akan welcome dengan banyak perubahan yang ada dan berterima kasih pada dunia karena anaknya berkembang. Tapi apa yang terjadi bila kita menemukan anak kucing kemudian dalam tempo yang lama kita tidak melihatnya dan tiba-tiba sudah menjadi raksasa. Apa respon kita melihat kejadian tersebut? Pasti kaget! Atau mungkin tidak mengenalinya. Sama seperti hal itu, ketika kita tiba-tiba berkembang tiba-tiba menjadi anak jaman sekarang yang gaul.hehe.

Cobalah sering sharing sekedar bercerita kegiatan di kampus atau di kantor dengan orangtua. Tidak perlu banyak-banyak karena kebiasaan orangtua semakin tua tidak akan sabar bercerita masa mudanya dulu. Karena semakin tua, mereka akan mulai merasa kesepian di rumah. Ketika mereka bercerita mereka akan mulai merasa punya banyak teman padahal hanya kita sebagai anaknya. Kalau tidak percaya boleh dicoba perhatikan deh mimik wajah orangtua kita ketika bercerita. Dengan begitu kita tidak perlu repot-repot memperkenalkan diri kita, “Pak bu aku sudah dewasa”. Tanpa berkata tersebut, orangtua akan yakin bahwa kita sudah dewasa dan berkembang baik sesuai dengan jaman. Namun, kita harus jadi orang lapang menerima dan mengoreksi diri kita atas hal-hal yang sebenarnya memang salah.

Nah terus gimana menebus dosa kalau orangtua kita sudah tiada? Menjadi anak sholeh karena satu-satunya yang menyelamatkan orangtua kita di akhirat adalah doa anak yang sholeh. Memperkuat tali silaturahmi yang orangtua sudah kita jalin dan banyak bersedekah.

Kuatnya doa orangtua membantu mempercepat doa kita terkabul. Makanya minta restu kalau punya keinginan, mimpi atau harapan. Jangan minta restu kalau sudah mepet ingin memperkenal calon.hahaha.


Saling mengingatkan yah, catatan juga buat saya sendiri.


Juli 2015

Agnisaa

Rabu, 22 Juli 2015

Drawing Block

Ketika kamu stuck dalam sebuah keadaan itu wajar.
Stuck dalam sebuah rutinitas.
Bukan karena tidak ikhlas.
Tapi butuh inovasi lagi.
Pergilah dan kembali.
Inovasi dan rasa syukur itu akan kembali..

Thanks.
Agnisaa.