Awkward banget ya judulnya. Haha.
Serius ditinggal nikah itu menyedihkan. Sedih ditinggal status single to be
married. Ditinggal nikah siapa sih nis? Haha. Yang pasti bukan pacar, enggak
punya pacar soalnya.hehe.
Entah aku yang lagi baper atau
gimana, tiba-tiba aku merasa kehilangan orang yang aku sayang dengan berubah
status “married”. Bahagia akhirnya mereka menemukan belahan jiwanya melengkapi
separuh agamanya tapi sekarang aku punya batas lebih berjarak. Misalnya tidak
mudah menemukan waktu yang sama-sama bisa bercerita panjang lebar ngalor
ngidul. Ya soalnya mereka juga punya prioritas yang lebih dengan kewajiban yang
baru. Aku ngerti kok #baper.
Hehe. Tapi dengan begitu aku jadi
lebih menghormati waktu. Setiap orang kan punya prioritas waktu yang
berbeda-beda. Aku tetap bisa punya waktu khusus dengan mereka-mereka kok, kami
pun akan saling memprioritas waktu tersebut. Alhamdulillah. Atau enggak jika
jarak benar-benar memisahkan kami, beda benua, beda negara, beda propinsi, beda
kota, atau beda rumah pun kami tetap bisa komunikasi jarak jauh, video call
atau sekadar berkirim pesan. Ini bagian paling seru kalo kalo kangen-kangenan
via videocall hahaha.
Sekian banyak bercerita, ada
pertanyaan “Kapan nih nis nyusul?” Aku menanggapi secara bijak, pertanyaan yang
bukan lagi pertanyaan baper-baperan. Pertanyaan yang bukan lagi ditanyain sm
orang-orang pas kondangan tapi justru orang-orang terdekat. Justru di
moment-moment itu aku berdoa.
“Gimana cara memantapkan diri sendiri ya siap atau enggak ya?” tanya
aku.
“Nonton kajian pra-nikahnya Salim A. Fillah aja di youtube atau kalau
sempet dateng kajian pra nikah aja, setelah mantep baca buku psikologis
suami-istri” jawabnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar