Sabtu, 11 April 2015

Bapak Supir Angkot

Perjalan Jakarta-Bogor bagi saya bukan jarak yang jauh. Khusus ke kampus tercinta, lokasi jauh dari kota yaitu IPB-Dramaga. Hampir setiap minggu atau setiap bulan atau mungkin suka-suka malah bolak balik Bogor-Jakarta.  Perjalanan st.tebet-st.bogor 45 menit, sedangkan perjalan di angkutan umum hampir 1 jam lebih.
Hampir 2-3 jam untuk sampai ke Bogor adalah hal luar biasa. Bahkan naik kereta jakarta-bogor lebih cepat dari pada naik angkot. Pertanyaannya adalah apakah jarak bogor-dramaga lebih jauh dari jakarta-bogor? Haha.

Hari itu hari yang luar biasa panas sekitar jam11 siang sampai di terminal laladon bukan ladon yaa apalagi lanang. Hahaha. Suara teriakan para kenek bukan hal yang aneh, pasang muka datar lebih baik. Enggak mood buat ngeliatin para kenek kalo ada yang cling enggak apa-apa #lho.  Oke akhirnya rejekinya angkot dan rejeki aku duduk di depan. Angkot di bogor akan jalan kalau sudah penuh.

Selama perjalan supir angkot yang saya naiki berkomentar, “Supir angkot disini sukanya melanggar aturan lalu lintas ya,  maksa buat dua jalur. Padahal aturan kan dibuat untuk kebaikan juga.”
  
Aku menanggapi dengan senyum

“Dulu saya supir mobil berplat merah dek. Tau BP?” 

Aku kaget, ehm Blok m Plaza? Bukan.. Guru BP? Ehm.. Bimbel %&ahdbjdj^*kdhfj... *pasrah
 “BP apa ya pak?” Tanya aku penasaran.

“Balai Pustaka.. Iya saya supir Bapak Pribadi Bapak XXX *saya lupa namanya. Saya dulu dari supir kantor terus naik jabatan beberapa kali pindah jadi supir pribadi orang-orang besar. Saya banyak belajar mengenai berkendara di Jalan. Kalo kata orang jawa, belajar tata kramanya. Bagaimana kita harus ngebut atau normal membawa mobil. Bagaimana menyalip yang benar.” 

Saya mengangguk-angguk ria.

 “Tapi sekarang saya berenti aja, capek. Sekarang makin banyak pejabat yang kurang juga tata kramanya. Lagian anak sudah besar dan berkeluarga. Ngisi waktu saya nyupir angkotlah ini.”

“Berapa lama pak jadi supir di BP?” Saya penasaran.

“Hampir 20 tahunan lah.. Saya kaget di Bogor supir angkotnya muda-muda. Buru mau nyupir tapi enggak tau tata cara berlalu lintas.”

Saya berharap perjalan ini jangan sampai dulu ke kampus, mau denger kelanjutan cerita Bapaknya. Akan tetapi tiba-tiba seseorang di belakang berkata “Berlin ya Pak kiri...” Berlin pintu kecil yang dimana selalu dilalui mahasiswa keluar masuk. Yah sudahlah, berakhir obrolan dengan si Bapak Supir.

“Pak saya turun disini” seraya memberikan uang. 

Sebelum turun saya berkata “Terima kasih pak ceritanya..”

“Iya kamu kuliah yang bener biar jadi orang jangan kayak saya supir aja..”

Perjalan singkat, cerita singkat namun hikmahnya tidak singkat. Bersyukur sekali hari itu..


Ini ceritaku, mana ceritamu?

April 2015,

Agnisaa

2 komentar:

khansa mengatakan...

inspirasi emang bisa dateng dari mana aja ya nis :)

Agnisaa mengatakan...

iya banget saa...