Selasa, 24 Januari 2012

Adakah mereka dengar?

Surabaya, 15 Januari 2012
Ingin rasanya sore yang lebat ini aku menulis
Aku suka menulis ; aku bisa menulis
Karena aku yakin bahwa aku adalah seorang penulis

Cuma pada kebenaran kita bisa berharap
Dan radio masih berteriak teriak menyebarkan kebohongan
Kebenaran cuma ada di langit
dan dunia hanyalah palsu, palsu...
( Soe Hok Gie ) ( Mahasiswa Sastra UI )

Sekitar dua tahun beberapa bulan yang lalu, saat Andhi remaja (SMA) mencoba peruntungan dengan ikut test masuk ITB Bandung. Satu bulan disana membuatku mampu menerka- nerka kehidupan kampus itu seperti apa. Walaupun ternyata beda dengan apa yang kami alami seperti ini. Namun setidaknya ada deskripsi perspektif tentang dunia para akademisi.

Bersama teman- teman SMA yang bervisi sama, ITB. Kami menginap di rumah kakak kelas kami, sang genius dari Magetan. Wakid Yuniarto Teknik Kimia ITB 05. IP semester 1 sempurna, 4.00. Beasiswa Sampoerna Foundation dengan nominal 1.3 juta perbulan berhasil diraup sejak kelas 1 di SMA 1 Magetan sd dia memperoleh gelar sarjana. Pengalaman organisasi, piala dan piagam jangan tanya, dengar- dengar satu lemarinya tidak mampu menampungnya. Sekarang dia kerja di perusahaan minyak milik Inggris, sebuah hal yang sangat dimaklumi dari lulusan kampus Ganesha.

Namun bukan itu yang ingin saya bahas, melainkan ucapan  “mas Yogi” teman dari mas Wakid yang juga dekat dengan saya. Dia juga mahasiswa Teknik Kimia ITB asal Jakarta.  “ Hal yang paling penting saat kuliah adalah membentuk KERANGKA BERFIKIR”. Yang selalu ia simpulkan atas pertanyaan-pertanyaanku  mengenai  kuliah dan kampus.

Kini, Sudah 2.5 tahun saya menjadi seorang mahasiswa, kaum intelektual.

Aku mulai mampu membentuk kerangka berfikir itu seperti apa. Bertindak sebagai orang dewasa (tidak melakukan hal- hal layaknya anak kecil yang selalu merengek mengeluh dan bermain di zona aman), bertindak sebagai mahasiswa dan selalu berusaha melakukan sesuatu berdasar prinsip yang telah saya bangun perlahan- lahan.

Berbicara masalah prinsip, saya yakin tiap mahasiswa memiliki prinsip. Namun kebanyakan mereka tidak memegang teguh prinsip tersebut. Terserah anda menyebutnya jati diri atau apapun itu, whatever.
Banyak cara yang mahasiswa lakukan untuk mendapat pengakuan dan menemukan jati diri (baca: prinsip). Begitu mudah kita menemukan mahasiswa yang berstatus sebagai aktivis.

Namun hasilnya juga beda, ada mahasiswa yang ikut banyak organisasi tapi malah membuat dirinya sering berpura- pura dengan menampilkan pribadi orang lain tergantung di mana dia berada. Ada mahasiswa yang hanya ikut satu organisasi tapi juga  hasilnya sama saja. Tidak mampu,  buta kemana dan apa yang ia perjuangkan? Pentingkah. Dua tipe diatas biasanya masih suka ber’alibi dan menghalalkan banyak cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan seperti nilai yang bagus, perhatian dosen, jabatan dalam organisasi dan sebagainya. Mereka mencoba mewajarkan cara- cara mereka menjadi sebuah yang lazim untuk dilakukan.

Namun ada pula mahasiswa yang ikut satu organisasi tapi benar- benar menjiwai. Usulan yang ia sampaikan, keputusan yang ia ambil dan sifat serta sikap kedewasaaan sudah terbentuk. Bahkan ada mahasiswa yang tidak ikut organisasi namun bisa mendapatkan apa yang didapatkan para aktivis tersebut. Biasanya mahasiswa ini memiliki intuisi yang tajam serta memiliki sifat adaptif yang tinggi. Kedua jenis diatas sangat Jujur dan visioner, mau seperti apa hidup kedepan mereka.

Berbicara masalah kerangka berfikir, saya menjadi sangat bersedih atas kehidupan glamour kebanyakan mahasiswa. Suka wisata kuliner, selalu makan dengan lauk yang enak, berpakaian mewah. Dimana fikiran mereka?

Sehari hari saya mengajar anak- anak di tiga tempat, tanpa dibayar (just from Allah). Ketiga tempat tersebut berada di lingkungan yang sangat memprihatinkan dalam segi ekonomi maupun sosial. TPA Baitul Muttaqin, Sahabat Berbagi Beasiswa KSE di Tempat Pembuangan Akhir Keputih dan anak- anak YDSF di Mleto kompleks Asrama Haji. Saya tidak mampu menghitung berapa keluarga miskin yang kenal dengan saya dan sebaliknya. Miris dan sedih melihat kondisi pakaian mereka, rumah mereka, makanan yang mereka makan, kehidupan agama mereka. Pilu…..Sungguh. Mereka hidup di pinggiran kemewahan mahasiswa. Bukankah orang buta memnag tidak mampu melihat kondisi disamping bahkan di depan mereka ?

Saya selalu tertawa tiap melihat aktivis yang dengan lantang berteriak, Hidup Mahasiswa !! Hidup Rakyat Indonesia !! Ehmm… rakyat mana yang mereka hidupi?

Mereka selalu memamerkan kemeja dan jaket yang berlambang ITS tiap pulang kekampung mereka. Merasa gagah..sementara rakyat disekitar rumah mereka hanya memandang bangga penuh harap atas perubahan dan kemajuan yang akan ia bawa… Sungguh kasihan, karena Harapan itu kosong.

Kawan…saya tahu cita- cita anda, bahkan saya juga tahu cita- cita mahasiswa seluruh Indonesia. Mungkin tidak jauh beda dengan cita- cita saya. “ Jadi orang sukses “

Tapi kerangka berfikir saya lantas berkata bahwa hal diatas adalah cita- cita terendah seorang mahasiswa. Cita- cita pasaran yang banyak orang memilikinya.

Cita- cita yang mulia adalah bagaimana kita mampu bermanfaat buat sekitar kita, memberikan hal yang konkret kepada sekitar. Memberikan sentuhan, uluran dan kasih sayang kepada mereka yang tertindas..bagaimanapun itu bentuknya.

Okelah kita kelak ingin jadi orang kaya. No problems…Tapi bersegeralah menghimpun alamat- alamat panti asuhan, alamat pondok- pondok Islam, alamat- alamat panti asuhan, alamat- alamat yayasan pewadah dana untuk berbagai beasiswa… Sumbangkan  sebagian besar harta anda yang besar untuk mereka yang kecil. Di harta anda terdapat hak mereka yang terpinggirkan.

Dirikanlah sekolah gratis atau Tempat Mengaji gratis untuk mereka yang terabaikan.. Ajari mereka mengaji Qur’an, membaca, berhitung dengan penih ikhlas… Dan sederhanalah dalam apaun.
Anda termasuk orang- orang bodoh jika hanya sibuk menumpuk harta.

Maka anda baru boleh berteriak lantang “ Hidup Rakyat Indonesia”.
Karena kemiskinan itu akan selalu dan tetap ada.. dimanapun itu.
Mari menjadi orang yang berjiwa besar.

Kitalah generasi yang akan memakmurkan Indonesia
( Soe Hok Gie ). Mahasiswa Sastra UI

Di copy dari Andhi Pradana

Tidak ada komentar: